Reportika.id || Kota Bekasi — Universitas Islam “45” (UNISMA) Bekasi menorehkan sejarah baru dalam pengembangan akademik dengan dikukuhkannya Dindin Abidin sebagai guru besar bidang sosiologi olahraga. Pengukuhan ini menjadi capaian penting, mengingat bidang tersebut masih tergolong langka dalam peta keilmuan olahraga di Indonesia.
Dindin Abidin merupakan dosen tetap Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR) UNISMA Bekasi. Melalui jabatan akademik tertinggi ini, ia memperkenalkan pendekatan alternatif dalam memahami olahraga, tidak semata sebagai aktivitas fisik atau kompetisi prestasi, melainkan sebagai fenomena sosial yang sarat nilai, relasi kekuasaan, dan kepentingan masyarakat.
Berbeda dengan kajian olahraga yang umumnya bertumpu pada fisiologi, biomekanika, dan sport science, sosiologi olahraga memandang olahraga sebagai bagian dari dinamika sosial. Perspektif ini menempatkan praktik olahraga dalam konteks pendidikan, pembentukan karakter, identitas kolektif, hingga kebijakan publik.
Selama perjalanan akademiknya, Dindin Abidin konsisten menggunakan pendekatan sosiologis untuk mengkaji berbagai praktik keolahragaan. Ia meneliti pembinaan atlet, pendidikan jasmani di sekolah, serta peran olahraga dalam pembangunan sosial. Melalui riset dan publikasi ilmiah, ia menegaskan bahwa olahraga bukan ruang yang netral, tetapi turut membentuk struktur sosial, pola perilaku, dan relasi antarindividu.
Pengukuhan ini juga memiliki nilai historis bagi UNISMA Bekasi. Dindin tercatat sebagai profesor pertama yang merupakan alumni kampus tersebut, sekaligus guru besar pertama dari kalangan dosen tetap yayasan. Selain itu, ia disebut sebagai profesor bidang olahraga pertama yang lahir dari lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Baca juga :
Hingga kini, Dindin Abidin telah menulis dan menerbitkan sedikitnya 24 buku yang berfokus pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kajian sosial. Karya-karya tersebut menjadi kontribusi penting dalam memperkaya diskursus keolahragaan yang selama ini lebih berorientasi pada prestasi dan capaian jangka pendek.
Capaian akademik ini hadir di tengah kompleksitas persoalan dunia olahraga nasional. Perhatian publik masih banyak tertuju pada target medali, pembangunan sarana, dan prestasi instan. Sementara itu, isu-isu seperti komersialisasi olahraga, ketimpangan akses, pembinaan atlet usia dini, serta fungsi olahraga sebagai instrumen kebijakan sosial kerap luput dari pembahasan.
Dalam konteks tersebut, sosiologi olahraga dinilai semakin relevan. Pendekatan ini berperan menjembatani ilmu keolahragaan dengan realitas sosial yang melingkupinya, sekaligus mendorong lahirnya perspektif multidisipliner dalam pengambilan kebijakan olahraga.
Bagi UNISMA Bekasi, kehadiran guru besar bukan sekadar simbol prestise akademik, melainkan indikator kematangan riset dan kedalaman keilmuan. Bagi Program Studi PJKR, pengukuhan ini membuka ruang pengembangan kurikulum dan penelitian yang lebih kritis serta kontekstual dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Civitas akademika UNISMA Bekasi memandang capaian ini sebagai momentum strategis. Diharapkan, kehadiran guru besar sosiologi olahraga dapat mendorong lahirnya kajian-kajian yang lebih aplikatif, berorientasi pada kepentingan publik, dan tidak semata memenuhi tuntutan administratif perguruan tinggi.
Di tengah euforia prestasi dan pembangunan infrastruktur olahraga, pendekatan sosiologis menawarkan ruang refleksi yang kerap terabaikan: siapa yang diuntungkan dari pembangunan olahraga, untuk kepentingan siapa olahraga dikembangkan, serta nilai-nilai apa yang hendak dibangun di dalamnya.
Dengan demikian, pengukuhan Dindin Abidin sebagai guru besar tidak hanya menjadi kebanggaan UNISMA Bekasi, tetapi juga penanda penting bagi arah pengembangan ilmu keolahragaan di Indonesia ke depan.
Leman













