Reportika.id || Kota Bekasi – Proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Kota Bekasi kembali disorot. Meski digadang sebagai solusi nasional untuk menekan gunungan sampah lewat energi terbarukan, anggota komisi II DPRD Kota Bekasi, Anton, menegaskan bahwa realisasi PSEL tidak boleh mandek.
“Untuk PSEL ini, apa pun teknologinya yang bisa menghabiskan sampah, kita dukung. Jangan cuma sekedar wacana,” tegas Anton, Kamis (27/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa PSEL merupakan instruksi langsung Presiden Prabowo Subianto dan dibiayai pemerintah pusat. Karena itu, Bekasi hanya berperan sebagai lokasi pelaksanaan. “Saya sebagai anggota DPRD mendukung penuh pemerintah pusat agar daerah ini mendapat kemajuan nyata,” katanya.
Kawasan Ciketing Udik dipilih sebagai titik pembangunan PSEL lantaran dekat dengan sumber air yang stabil. “Di sana sudah ada polder air Ciketing Udik, airnya juga tidak pernah habis. Itu penting untuk proses pengolahan sampah,” jelas Anton.
Ia menyampaikan bahwa kajian teknis sudah dikerjakan pemerintah pusat bersama akademisi. DPRD, menurutnya, fokus pada fungsi pengawasan. Amdal Clear, Tapi Tenaga Kerja Lokal Harus Prioritas
Terkait Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), Anton memastikan tidak ada penolakan dari warga sekitar. Namun ia mengingatkan agar keterlibatan warga lokal wajib dipenuhi.
“Jangan sampai seperti dulu, mau bikin pembakaran, mau bikin RDF, tapi tenaga kerja lokal tidak dilibatkan,” ujarnya.
Anton mendorong adanya MoU antara kontraktor dan perwakilan warga. “Percuma ada perusahaan besar di wilayah kita kalau tidak membuka lapangan kerja untuk warga setempat,” tegasnya.
Selain tenaga kerja, Anton memperingatkan soal kesiapan infrastruktur. Jalan menuju PSEL menurutnya harus segera dilebarkan menjadi 250 meter. Terlebih akses itu dekat dengan sekolah dan jalur aktivitas warga.
Ia memastikan Pemkot Bekasi sudah meninjau langsung jalur tersebut.
“Saya sudah koordinasi dengan Wali Kota Bekasi. Percuma ada pabrik besar kalau akses jalannya tidak memadai,” katanya menekankan.
Ke depan, Anton berharap PSEL tidak menimbulkan polusi dan mampu memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Ia juga menekankan pentingnya optimalisasi Bank Sampah Unit (BSU) sebagai penyokong bahan baku.
“PSEL butuh 1.000 ton sampah per hari. Karena itu, BSU di setiap RW harus berjalan agar sampah tersortir sebelum masuk ke PSEL,” pungkasnya.
Sule













